Posted in Uncategorized

Titik Rendah

Aku tidak tahu seberapa sering manusia mengalami titik rendah di dalam hidupnya. Mungkin banyak sekali fase yang harus dilalui, dalam setiap fase tersebut adakalanya manusia kembali bertemu dengan titik rendah. Saat ini, bisa jadi aku kembali menemukan titik rendah itu. Kerumitan yang sebenarnya hanya ada dalam benak, mengantarkanku pada titik rendah.

Insekuritas, ketidakpercayaan diri, terlalu banyak berpikir mengenai resiko serta apa yang belum terjadi, mengungkung diri, sehingga membuatku tak bisa melangkah maju lebih jauh. Langkahku kadang maju, tapi lebih sering berdiam sambil berpikir untuk mundur atau tetap diam di tempat. Mataku tidak bisa menerawang ke depan meski aku masih memiliki harapan. Aku tidak bisa, kata hatiku di sudut lain. Lebih baik aku tetap di sini. Hanya saja tidak ada hasil yang baik ketika diam.

Pikiranku lebih banyak berbicara daripada mulutku sendiri. Tapi tidak jelas arahnya kemana. Kesepian membuatku resah, tapi untuk mencari teman pun aku tidak bisa. Tidak ada yang benar-benar bisa menjadi sandaran. Aku butuh dukungan. Aku butuh motivasi. Tapi saat menemukannya, seolah itu seperti rumput kering yang terbakar lalu hujan deras turun. Aku tetap basah dan kedinginan.

Ada gejolak yang berkecamuk dalam dada, tapi tidak bisa dikeluarkan lewat kata-kata. Aku menyerah untuk berbicara. Karena aku lebih nyaman untuk menulis. Hanya saja tidak ada yang membacanya, sehingga tidak ada orang yang mengetahui.

Apa mungkin aku hanya butuh validasi? Butuh pengakuan kalau aku ada, kalau aku masih menulis, kalau aku ini hidup?

Entahlah. Bahkan aku pun tidak tahu aku menulis apa sekarang ini.

Author:

a walker of the long journey seeking for the great last place in the eternal life

Leave a comment